A. Manusia sebagai
Kholifah di Bumi
Allah menciptakan setiap makhluk seraya
memberi tugas kepada mereka masing-masing yang harus dikerjakan. Malaikat ada
yang diberi tugas memikul Arsy (40:7), mencabut nyawa. Ada malaikat yang menjaga manusia. Langit dan
bumi serta seisinya diciptakan untuk kepentingan manusia (40:64). Sedang manusia
diberi tugas sebagai kholifah ( pengatur / wakil Allah ) di bumi.
Islam memandang manusia sebagai Kholifatullah ( Kholifah Allah ) dengan
dasar Firman Allah QS. Al-Baqoroh /2:30 sebagai berikut :
QS.2:30.” ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata:
"Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Sebagai kholifah Allah, manusia diberi
wewenang untuk mengatur dan memelihara kelestarian dan ketentraman alam. Dalam
hal ini manusia memiliki tugas imaroh dan ri’ayah. Yang dimaksud dengan tugas imaroh
adalah tugas untuk memakmurkan dunia, sedang tugas ri’ayah adalah tugas
untuk menjaga kelestarian dunia.
Untuk
menjalankan tugas tersebut manusia dilengkapi akal dan harus membekali
diri dengan:
1. Iman dan amal
sholeh ( perbuatan yang baik) .
Perhatikan Firman Allah berikut : “dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka” (QS.An-Nur/24:55)
- Ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan mutlak diperlukan, tanpa ilmu
pengetahuan kemajuan tidak akan terwujud. Dan ini adalah pembeda antara manusia
dengan makhluk yang lain.
3. Tidak mengikuti hawa nafsu.
“andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu
mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini” (QS.Al-Mu’minun/23:71)
Ketika manusia
telah mempunyai ketiga bekal di atas maka layaklah dia menjadi kholifah di bumi
ini, dan Allah akan ridlo kepadanya. Sebaliknya jika manusia tidak memenuhi
ketiga hal di atas maka tidaklah pantas untuk ditugasi sebagai kholifah,apalagi
dia malah merusak bumi ini, maka Allah akan murka kepadanya.
Hal ini
dapat di umpamakan seorang petani menanam padi, ketika butiran-butiran padi
dapat dibawa pulang petani, maka petani akan senang dengannya. Sebaliknya
batang-batang padi yang tidak menghasilkan butiran-butiran padi sebab
berpenyakit, maka akan dibakar petani agar tidak mencemari padi lainnya.
B. Manusia Makhluk yang
Sempurna
Manusia diciptakan Allah begitu
sempurna dibandingkan makhluk lainnya.Firman Allah :
4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya .
5.
kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
6. kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya. (QS.At-Tin
/ 95:4-6)
Kesempurnaan manusia berawal dari Nabi
Adam as. yang diciptakan Allah dari tanah, namun keturunan beliau diciptakan
melalui proses yang lain sebagaimana diterangkan QS.Al-Mu’minun/23:12-14 :
12. dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. 13. kemudian Kami jadikan saripati itu (nuthfah)
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. kemudian air mani
itu Kami jadikan (‘alaqoh) segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan (mudlghoh) segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
(‘idhomah) tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Proses
penciptaan manusia juga diterangkan dalam sebuah hadits sebagai berikut :
قال عبدُ اللهِ حَدّثنَا رَسُولُ اللهِ
صََلّى اللهُ عليهِ وَسَلّمَ وَهُوَالصَّادقُ الْمَصْدُوقِ قَالَ إنَّ اَحَدَكُمْ
يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِى بَطْنِ أُمِّهِ أرْبَعِيْنَ يَوْماً ثمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ
ذَلِكَ ثُمَّ يَكُوْنَ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ
يَبْعُثُ اللهُ مَلَكًا فَيَؤْمُرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ ويُقَالُ لَهُ أُكْتُبْ
عمله ورزقه وأجله وشقيٌ أو سعيدٌ ثمّ ينفخ فيه الروح (رواه البخارى ومسلم )
Artinya
: ‘Abdullah berkata, kami telah diberi tahu Rosulullah saw seorang yang
jujur lagi terpercaya, beliau bersabda,” Sesungguhnya proses penciptaan
(masing-masing) di antara kalian (dimulai) dengan sperma (nuthfah) dalam perut
ibu kalian selama 40 hari. Kemudian merubah menjadi segumpal darah
(‘alaqoh), dalam kurun waktu yang sama, lalu berubah menjadi sekerat daging
(mudhghoh) dalam kurun waktu yang sama pula.
Barulah setelah itu Allah mengutus malaikat untuk menetapkan empat
hal. Dikatakan kepada malaikat itu,’tetapkanlah amal perbuatan,rizqi,ajal
dan nasib baik atau buruk
orang itu!” Kemudian ditiupkan ruh padanya.” (HR.Al-Bukhori dan Muslim).
“Dia menjadikan
kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan”(QS.
39:6)
Artinya:”dan
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur.” (QS.AnNahl/16:78)
C. Tugas sebagai Hamba
Allah
Tujuan Allah menciptakan manusia
disamping memberi tugas sebagai kholifah di bumi, juga agar mereka beribadah
(mengabdi) kepada-Nya. Sebagaimana QS.Adz-Dzariyat/51:56 berikut :
QS.51:56.
dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.
Ditinjau dari
jenisnya pengabdian ada dua kategori :
1. Ibadah
Mahdloh,
yaitu rangkaian ibadah yang prosedur pelaksanaannya telah diatur dalam syari’at.
Misalnya wudlu’,sholat, zakat,puasa, hajji dan lain-lain.
2. Ibadah
ghoirul Mahdloh, yaitu segala bentuk perbuatan baik yang tidak
bertentangan dengan syari’at dengan tujuan (niat) mengharap keridlo’an Allah.
Misalnya : mencari ilmu, bekerja, berkeluarga, bermasyarakat dan lain-lain.
Dan bila ditinjau
dari bagian tubuh yang melaksanakan dibagi menjadi :
1. Ibadah
Qolbiyah,yaitu
pengabdian yang dilaksanakan hati, misalnya : khouf (takut akan siksa Allah),
roja’ (mengharap rohmad Allah), mahabbah (cinta kepada Allah), ikhlas
(mempersembahkan pengabdian hanya kepada Allah), husnudzon (berbaik sangka),
qona’ah (rela menerima)dll.
2. Ibadah
Badaniyah,
yaitu pengabdian yang berupa perbuatan badan, misalnya : sholat, puasa, hajji,
zakat, bekerja, jahad dll
3. Ibadah
Qouliyah,
yaitu pengabdian dalam bentuk ucapan, misalnya : dzikir, tadarus (membaca
Al-Qur’an), amar ma’ruf nahi munkar (memberi nasihat) dll
Ibadah-ibadah inilah yang harus
dilaksanakan manusia sesuai dengan tujuan diciptakannya, sehingga seluruh
tingkah laku seorang mu’min misalnya jual-beli, tidur, makan dll, jika
diniatkan mendekatkan diri dan mencari keridlo’an Allah bernilai ibadah. Sedang
melakukan sesuatu yang diharamkan dan semua kema’siatan (menyalahi kehendak
Allah) akan mendatangkan murka Allah.
D. Pertanggungjawaban
Manusia.
Perhatikan Firman Allah
QS.Al-Hajj/22:5 berikut ini :
QS 22:5.
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), Maka
(ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada
yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya.
dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di
atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang indah”.
Untuk meyakinkan manusia akan adanya
kebangkitan setelah mati, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya, dengan proses
penciptaan manusia yang berasal dari tanah kemudian menjadi sperma, berikutnya
menjadi segumpal darah, lalu segumpal daging dan lahir sebagai bayi. Di lain
hal tanah yang kering ketika tersiram air hujan berubah menjadi subur yang
dapat menumbuhkan berbagai ragam tumbuh-tumbuhan yang indah. Tentunya untuk
membangkitkan manusia yang telah ada dari jasad walaupun telah terurai tidaklah
sesuatu yang sulit bagi Allah untuk kemudian dimintai pertanggung jawaban atas
apa yang telah diperbuatnya ketika hidup di dunia. Sebagai mana firman-Nya
QS.al-Muddatstsir/74: 38
Tugas : 1. Tugas
individu :
-
Tulislah QS. Al-Baqoroh /2:30, Al-Mu’minun/23:12-14 dan Al-Hajj/22:5
2. Tugas
Kelompok :
- Diskusikan dan simpulkan jawabannya “
Mengapa manusia banyak yang tidak mengerti akan tugasnya sebagai kholifatullah
?”.
0 Komentar