A.
Pendahuluan
1.
Pengertian Ibadah
Hajji
Menurut
bahasa haji artinya berkunjung, Pengertian ibadah haji ialah menyengaja
mengunjungi ka’bah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat
dan rukun tertentu demi memenuhi panggilan Alloh swt dan mengharap ridlo-Nya.
Dalil
diwajibkannya adalah QS.Ali Imron / 3 : 97
Mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah.
Permulaan
diwajibkannya ibadah hajji sebagian ulama berpendapat tahun ke-6 H dan yang
lain tahun ke-9 H. Kewajiban ibadah hajji hanya sekali seumur hidup sedang
selebihnya hukumnya sunnah.
2. Syarat
ibadah
hajji : Islam, baligh, berakal, merdeka
dan mampu.
3. Rukun hajji :
Ihrom, Wukuf, Thowaf, Sa’i, Tahallul dan tertib.
Rukun Umroh : Ihrom, Thowaf, Sa’i, Tahallul dan
tertib.
4. Wajib dalam
ibadah hajji : 1. Niat ihrom dari miqot*
2. Mabit di
Muzdalifah
3. Mabit di Mina
4. Melontar Jumroh
5. Tidak melanggar
larangan ihrom
5. Sunnah hajji : 6. Thowaf wada’
a. Menunaikan Hajji Ifrad
b. Membaca talbiyah :
(لَبَّيْكَ اللهُمَّ لَبَّيْكَ ، لَبَّيْكَ لاشَرِيْكَ لك لَبَّيْكَ
إنَّ الْحَمْدَ وَالْنِعْمَة لَكَ وَالْمُلْكَ لا شَرِيْكَ لك) “Kami penuhi panggilan-Mu ya Allah, kami
penuhi panggilan-Mu,
Kami
penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, kami penuhi panggilan-Mu,
Sungguh
pujian, kenikmatan dan kekuasaan adalah milik-Mu, Tiada sekutu bagi-Mu”.
c. Membaca doa berikut setelah
bertalbiyah :
اللهم إنَّا نَسْئَلُكَ
رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَ نَعُوْذُبِكَ مِنْ سَخَتِكَ وَالنَّارِ،
“Ya Allah kami memohon keridloan dan
surga-Mu dan kami berlindung dari murka dan neraka-Mu.”
رَبَّنَا أَتِنَا فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Wahai
Tuhan kami, berikanlah pada kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka.”
d.
Melaksanakan Thowaf Qudum, thowaf yang dilaksanakan pada pertama kali datang di
Mekah Al-Mukarromah.
e. Mencium hajar aswad dan berdoa di Multazam
f. Sholat setelah thowaf, dibelakang Maqom
Ibrohim dan dekat Hijir Ismail.
6.
Beberapa larangan ketika sedang berihrom
a. Khusus
Pria :
1.
Memakai pakaian berjahit, bersulam, bertangkup atau kedua ujungnya diikat
(sarung).
2.
Menutup kepala (kecuali berpayung) dan menutup mata kaki.
b.
Khusus Wanita :
3.
Menutup muka (bercadar) dan telapak tangan (bersarung tangan), pakaian berjahid
boleh.
c.
Larangan Umum :
4. Berwangi-wangian, berminyak , memotong
kuku dan bercukur, mencabut rambut /
bulu, kecuali yang telah dilakukan sebelumnya.
5. Berburu / menganiaya binatang apa saja
kecuali yang berbahaya.
6. Bertengkar, mencaci atau mengucapkan
kata-kata kotor.
7. Meminang, menikah, menikahkan atau
mewakili nikah.
8. Besetubuh atau bercumbu rayu.
7. Dam (denda) yang terkait dengan haji
a. Mengerjakan salah satu dari hal
berikut ini :
- mengerjakan haji tamattu’ atau qiron
- mulai mengenakan pakaian ihrom tidak dari
miqotnya
- tidak mencapai wukuf di Arofah
- tidak bermalam di Muzdalifah
- tidak bermalam di Mina
- tidak melempar jumroh-jumroh
- tidak thowaf wada’
- melanggar nadzar terkait haji, seperti
nadzar berhaji ifrod lantas melakukan haji tamattu’
Damnya adalah :
i. menyembelih kambing, kalau tidak mampu, maka
ii. puasa 10 hari ( 3 hari di waktu haji dan
7 hari bila sudah pulang), kalau tidak mampu maka:
iii. memberi makanan kepada faqir miskin sebagai ganti dam tersebut
(sehari 1 mud)
b. Melanggar larangan berikut :
- bercukur atau mencabut 3 helai rambut / bulu
badan, atau memotong kuku atau berminyak rambut atau berwangi-wangian badan
atau pakaian.
- berpakaian yang berjahit atau menutup kepala
atau menutup mata kaki bagi pria.
- menutup muka atau bersarung tangan bagi
wanita.
- bercumbu rayu ( memegang, mencium atau
merangkul) dengan syahwat, atau bersetubuh setelah tahallul awal.
Damnya adalah :
i. menyembelih
kambing, kalau tidak mampu, maka
ii. puasa
3 hari, kalau tidak mampu, maka
iii.
memberi makan 6
orang faqir miskin tanah haram, setiap orang 2 mud.
iv.
Bila mencabut seutas
rambut atau memotong sepotong kuku damnya 1 mud dan untuk 2 utas atau 2 potong
kuku damnya 2 mud.
c.
memotong pepohonan di tanah suci
- jika yang dipotong besar, maka damnya :
menyembelih unta atau sapi
- jika yang dipotong kecil, maka damnya :
menyembelih kambing
d.
bersetubuh dengan sengaja sebelum tahallul awal, maka hajinya batal dan wajib
mengqodlo’ dengan segera pada tahun berikutnyadan wajib bayar dam berupa
menyembelih seekor unta / sapi / 7 ekor kambing / berpuasa seharga unta ( 1 mud
gandum = 1 hari ).
e.
membunuh binatang, damnya adalah menyembelih binatang ternak yang sebanding
dengan binatang yang dibunuh /
bersedekah dengan makanan seharga hewan tsb / berpuasa sengan seharganya.
f. bagi orang yang terhalang dijalan
sesudah berihrom, ia boleh berniat tahallul dengan memotong sedikitnya 3 utas
rambut kemudian menyembelih kambing sebagai damnya .
g.
Apabila mengadakan akad nikah diwaktu ihrom, maka pernikahannya batal tetapi
yang bersangkutan tidak kena dam.
8.
Hikmah Haji
a.
memperkuat iman dan taqwa
b. menumbuhkan semangat berkorban
c. mengenal tempat sejarah dan jejak para
nabi
d. memperkuat ukhuwah Islamiyah
e. forum mu’tamar umat Islam sedunia
f. memotivasi untuk giat bekerja
g. perwujudan solidaritas dan kebersamaan
h. mengingatkan asalmuasal kita (berhaji =
mudik)
9. Keutamaan Haji
a. ibadah yang paling utama
b. nilainya sebanding dengan jihad fi sabilillah
c. balasan haji mabrur adalah surga
d. sebagai kafarot dan penghapus dosa
e. mendatangi tempat mustajab untuk berdo’a
f. biaya yang dikeluarkan dilipat gandakan
pahalanya hingga 700 kali
g. memperoleh ketenangan batin
10. Yang perlu diketahui
a.
Sholat di Masjidil Harom pahalanya dilipatgandakan 100.000 kali.
b.
Sholat di Masjidin Nabawi pahalanya dilipatgandakan 10.000 kali.
c.
Sebaiknya bersegera ibadah haji bila sudah mampu.
d.
Sebaiknya tidak berhaji dengan harta pinjaman / arisan.
e.
Berhaji dengan harta haram tidak sah.
f.
Sebaiknya lebih mendahulukan peduli keluarga dan lingkungan , baru berhaji.
g.
Anak yang belum baligh boleh berhaji, tetapi setelah dewasadan mampu wajib
mengulanginya.
h.
Wanita sebaiknya berhaji bersama muhrimnya.
i.
Menghajikan orang lain boleh asal ia sendiri sudah melaksanakan.
j.
Tempat yang mustajab untuk berdoa
-
Multazam ( tembok Ka’bah antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah)
-
Roudloh ( areal di dalam Masjidin Nabawi antara Maqom Nabi saw dengan imaman)
11.
Macam-macam Pelaksanaan Ibadah Haji
Ibadah
haji dapat dilaksanakan dalam 3 model yaitu :
1.
Haji Tamattu’, pelaksanaannya adalah mendahulukan ibadah Umroh lalu ibadah haji.
2. Haji
Ifrod, pelaksanaannya adalah mendahulukan ibadah haji lalu ibadah Umroh.
3.
Haji Qiron, adalah berniat ibadah haji dan umroh dalam satu kali pelaksanaan.
12. Rute Perjalanan
Perjalanan jama’ah haji dari embarkasi Surabaya rute perjalanan
ada 2 macam :
1. Gelombang I, dari Bandar udara Juanda-Surabaya
--> Bandar udara Amir Muhammad bin Abdul Azis-Madinah ( dengan tujuan ziarah
Maqom Nabi saw dan Sholat Arbain) --> Mekah ( dengan tujuan melaksanakan
ibadah haji dan umroh) --> Bandar Udara King Abdul Azis-Jeddah --> Bandar
udara Juanda-Surabaya.
2. Gelombang II, dari Bandar Udara
Juanda-Surabaya -->Bandar Udara King Abdul Azis-Jeddah --> Mekah ( dengan tujuan melaksanakan
ibadah haji dan umroh) --> Madinah
(dengan tujuan ziarah Maqom Nabi saw dan Sholat Arbain) --> Bandar
udara Amir Muhammad bin Abdul Azis-Madinah --> Bandar udara Juanda-Surabaya.
B.
Pelaksanaan Haji Tamattu’
Menempuh
haji Tamattu’ yaitu melaksanakan serangkaian ibadah Umroh lalu melaksanakan
serangkaian ibadah Haji
1.
Pelaksanaan Ibadah Umroh
Ketika sampai pada miqot yaitu :
a. Miqot
ihrom zamani (waktu mengenakan ihrom) adalah tanggal 1 Syawal – 10 Dzulhijjah.
b.
Miqot Ihrom Makani (tempat mengenakan pakaian ihrom),
Miqot
ihrom makani berbeda-beda sesuai dengan arah kedatangan para jama’ah :
i.
Dzulhulaifah atau Bir Ali,
untuk penduduk Madinah dan yang searah dengannya, termasuk jama’ah dari Indonesia setelah
ziarah Maqom Nabi saw (Gelombang I)
ii.. Bandar Udara King Abdul Aziz, bagi yang
datang naik pesawat termasuk jama’ah dari Indonesia Gelombang II. Tempat
ini dijadikan miqot ihrom berdasarkan kesepakatan ulama’.
iii.
Yalamlam, untuk penduduk Yaman (juga jama’ah dari Indonesia yang
naik kapal).
iv. Juhfah
atau Robigh, untuk Mesir, Syiria dan yang searah dengannya.
v. Qornul Manazil, untuk penduduk Najed
dan yang searah dengannya.
vi. Dzatu
Arq, untuk penduduk Iraq,
Syam dan yang searah dengannya.
vii.Penduduk
Mekah dari rumahnya masing-masing termasuk jamaah Indonesia yang
sudah berada di sana sebelum tanggal 1 syawal
Di
miqot sebagaimana ketentuan di atas, jama’ah mengenakan pakaian ihrom
(Rukun Umroh) yang sebelumnya diawali dengan :
a.
Bersuci, yang
meliputi memotong kuku, memendekkan kumis, mencukur rambur, ketiak, kemaluam,
kemudian mandi, berwudlu, memakai wangi-wangian dan berminyak.
b.
Memakai pakaian
ihrom (Rukun Umroh) :
-
Bagi pria berupa dua
lembar kain putih tanpa jahit, berfungsi sebagai sarung dan selendang.
-
Bagi wanita, pakaian
putih tanpa cadar dan sarung tangan dan bebas berjahit.
c.
Melakukan sholat
sunnah ihrom dua roka’at.
-
Berniat umroh dengan
mengucapkan :
-
Labbaikallahumma
‘umroh ( Kupenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berumroh ), atau
-
Nawaituul ‘umrota wa
ahromtu biha lillahi ta’ala ( Aku berniat umroh dan aku berihrom karena Allah
ta’ala.
d. Menuju
ke tanah suci Mekah sambil membaca talbiyan dan do’a.
e. Ketika
memasuki tanah suci Mekah berdo’a.
f. Masuk
penginapan, istirahat, mandi, wudlu’ dan persiapan thowaf (perlu diingat
larangannya)
g. Masuk
masjidi harom, sunnah melalui Babus Salam dengan berdo’a, bila tidak
memungkinkan boleh melalui pintu lain.
h. Ketika
melihat Ka’bah berdoa.
i. Thowaf, yaitu mengelilingi
Ka’bah 7 kali( Rukun Umroh).
Untuk mengawali thowaf tidak wajib
niat, kecuali thowaf untuk selain rukun haji / umroh. Disunnahkan tanpa alas
kaki, dan mencium atau mengusap Hajar Aswad bagi pria bila memungkinkan.
Start
thowaf adalah antar Hajar Aswad dengan lampu hijau yang ada di sebelah
tenggara.. Bermula berdiri dihadapan Hajar Aswad dengan seluruh badan atau
miring dengan menghadapkan wajah dan telapak tangan diangkat ke arah Hajar
Aswad sambil mengucapkan بِسْـمِ اللهِ وَاللهُ أكْـبَرَََُُ kemudian melangkahkan kaki mengelilingi
Ka’bah dengan arah berlawanan jarum jam, dan senantiasa berdo’a.
Untuk
putaran ke-2 dan berikutnya ketika sampai di garis coklat cukup menghadapkan
wajah ke arah Hajar Aswad sambil mengangkat tangan kanan dengan mengucapkan بِسْـمِ اللهِ وَاللهُ أكْـبَرَََُُ . Setelah 7 kali putaran dan berakhir di
garis coklat maka selesailah pelaksanaan thowaf.
j.
Selesai thowaf
disunnahkan berdo’a di Multazam dan mencium Hajar Aswad.
k.
Disunnahkan juga
sholat sunnah thowaf, jika memungkinkan dilaksanakan tepat dibelakang Maqom
Ibrohim, tetapi jika tidak memungkinkan dari jauhpun juga boleh. Lalu minum air
Zamzam dengan berdo’a :
اللهـم إنّى أسألك علما نافعا وَرِزْقًا وَاسِعًا وَ شِفاءٌ
مِنْ كلِّ دَاءٍ وَسَقمٍ بِرَحْمَتـِكَ يَا أرْحَمَ الرَاحمين
Allahumma
inni as’aluka ilman nafi’a wa rizqon wasian, wa syifa’an min kulli da’in wa
saqom biromatika ya arhamar rohimin.
(Ya
Allah sungguh aku memohon kepada-Mu akan ilmu yang bermanfaat dan rizqi yang banyak dan obat segala penyakit dengan
rohmat-Mu Ya Dzat Yang Maha Pengasih ).
l.
Sa’i, yaitu
menempuh 7 kali perjalanan antara Shofa dan Marwah (Rukun Umroh).
Melaksanakan sa’i disyaratkan terlebih
dulu telah melakukan thowaf. Diawali dari Shofa dengan menghadap Ka’bah dan
tangan diangkat tinggi-tinggi sambil bedo’a. Selesai berdo’a lalu melangkahkan
kaki dengan lari-lari kecil (ngejlek = Jawa) sunnah untuk pria dan bagi wanita
cukup berjalan biasa.
Sesampai
pilar warna hijau / lampu hijau perjalanan dengan jalan biasa. Ketika mendekati
Marwah disunnahkan membaca QS.Al-Baqoroh; 158 :
Demikian juga tatacara perjalanan dari
Marwah menuju ke Shofa sama seperti uraian di atas. Perjalanan dengan lari-lari
kecil hanya untuk 3 perjalanan yang awal, seterusnya cukup dengan berjalan
biasa. Perjalanan berakhir di Marwah
ditutup dengan do’a.
m. Setelah
Sa’i dilanjutkan dengan bercukur dengan niat tahallul (menghalalkan
sesuatu yang tadinya haram), yaitu memotong minimal 3 helai rambut. (Rukun
Umroh).
n.
Ibadah umroh
selesai. Sampai disini jamaah boleh berpakaian biasa. Jamaah sebaiknya
banyak-banyak beribadah sambil menunggu datangnya tanggal 8 Dzulhijjah.
2. Pelaksanaan Ibadah Haji
a. Jika
telah tiba hari Tarwiyah (8 Dzulhijja), jamaah mengenakan pakaian ihrom (Rukun
Haji). Kali ini miqot ihrom adalah penginapannya masing-masing. Tatacaranya
seperti pada mengenakan ihrom untuk umroh, hanya niatnya dengan :
-
Labbaikallahumma
hajja ( Kupenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji ), atau
-
Nawaituul hajja wa
ahromtu biha lillahi ta’ala ( Aku berniat haji dan aku berihrom karena Allah
ta’ala.
b.
Berangkat ke Mina
untuk menginap di sana
(sunnah hajji), setelah matahari terbit (9 Dzulhijjah) semua jamaah menuju ke
Padang Arofah, terlebih dahulu singgah di Namiroh (sunnah), dengan diiringi
bacaan talbiyah terus-menerus. Berangkat ke Arofah berdo’a , waktu masuk Arofah
juga berdo’a.
c.
Wukuf di Arofah
(Rukun Haji)
Wukuf
adalah berhenti sejenak di Padang Arofah dengan pakaian ihrom.untuk menunaikan
ibadah haji. Waktu wukuf bermula dari waktu Dhuhur tanggal 9 Dzulhijjah dan
berakhir ketika masuk waktu Subuh tanggal 10 Dzulhijjah. Lama wajib wukuf
adalah berhenti sejenak. Yang utama adalah telah hadir di awal waktu hingga
masuk waktu Maghrib. Kegiatan yang dilakukan diwaktu wukuf adalah mendekatkan
diri kepada Allah bisa dengan membaca Al-Qur’an, dzikir ataupun berdo’a
disamping juga tetap melaksanakan sholat lima
waktu. Adapun sholat lima
waktu sebaiknya dikerjakan dengan cara jama’ taqdim, yaitu Dhuhur dan Ashar
dikerjakan diwaktu Dhuhur, Maghrib dan Isya’ dikerjakan diwaktu Maghrib.
d.
Setelah mengerjakan
sholat Maghrib dan Isya’ jama’ taqdim, jamaah meninggalkan Arofah menuju ke
Muzdalifah tanggal 10 Dzulhijjah dengan mengumandangkan takbir :
الله أكبر
الله أكبر الله أكبر، لا اله الا الله و الله أكبر، الله أكبر و لله الحمد
e. Mabit di Muzdalifah (Wajib Haji)
Mabit
di Muzdalifah, yaitu bermalam (dini hari = jam 00.00, berada) di Muzdalifah
tanggal 10 Dzulhijjah, setelah wukuf. Bila sudah datang di Muzdalifah sebelum
tengah malam, maka harus menanti datangnya tengah malam. Waktu mabit hanya
sebentar, yaitu waktu yang cukup untuk memungut 7 kerikil. Tetapi sebaiknya
mengambil 49 kerikil bagi yang ingin nafar awal, atau 70 kerikil yang ingin nafar
akhir. Setelah cukup, perjalanan dilanjutkan menuju ke Mina
f.
Sampai di Masy’aril
Harom berdo’a :ربّنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى
الأخرة حسنة وقنا عذاب النار
g.
Sampai di Mina
berdoa : أوْليائك وأهل طاعتك بما مننت به على اللهم هذا منى فامنن عليّ
h.
Kemudian diteruskan
melempar Jumroh Aqobah*(wajib Haji) dengan 7 kali lontaran. Adapun waktu
melontar adalah setelah lewat tengah malam tgl.10 Dzulhijjah sampai datang
waktu subuh tgl.11 Dzulhijjah. Setiap kali melontar dengan 1 kerikil dan
berdo’a :
بسـم الله ألله أكبر رَجْمًا للشـيا طين ورضًا للرحمنِ
اللهم اجْعَـلْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مشكورًا
Setelah 7
kali lontaran membaca do’a :
i.
*Atau mendahulukan
Thowaf Ifadloh (Rukun Haji) dan diteruskan dengan Sa’i (Rukun Haji).
j.
Bila sudah melontar
jumroh Aqobah atau Thowaf Ifadloh, maka dapat dilanjutkan dengan bercukur /
memotong rambut minimal 3 helai dengan niat tahallul awal kemudiam sudah boleh
berpakaian biasa. Dan halal atas larangannya, kecuali besetubuh. Tetapi bila
ketiganya (Thowaf ifadloh, Melontar Jumroh Aqobqh dan bercukur) sudah dilaksanakan berarti telah
bertahallul akhir dan sudah boleh bersetubuh.
k.
Malam tgl.11 &
12 Dzulhijjah wajib mabit (bermalam) di Mina, lama mabit adalah setengah malam
lebih (± 5 jam) yang terhitung antara waktu Isya’ sampai fajar.
l.
Siangnya (tgl.11
& 12 Dzulhijjah) setelah mabit melontar Jumroh Ula, Wustho dan Aqobah yang
masing-masing 7 kerikil dan caranya sebagai mana tersebut di atas (h). Adapun
waktu melontar adalah setelah masuk waktu dlohor sampai datang waktu subuh.
Jumroh
Ula dan Wustho dilempar dari segala arah sedang Jumroh Aqobah hanya dari sisi
setengah lingkaran. ( pedoman lama ).
m. Bila
tgl.11 & 12 Dzulhijjah, telah mabit dan melontar melontar semua jumroh,
maka boleh meninggalkan Mina sebelum matahari terbenam dengan niat nafar sani.
Tetapi . . .
n.
Bila tgl. 13 masih
di Mina, maka wajib melanjutkan mabit dan melontar jumroh sebagaimana pada
tgl.11 & 12 Dzulhijjah. Yang demikian dinamai Nafar Tsani.
o.
Bila mana jamaah
berkehendak menyembelih kambing untuk membayar dam atau berkorban, maka
tempatnya ada di Mina.
p.
Sampai di sini, maka
selesailah pelaksanaan ibadah haji.
q.
Bila sudah berkemas
untuk meninggalkan tanah suci dan tidak bermalam lagi, maka jamaah wajib
melaksanakan thowaf Wada’ ( Thowaf perpisahan ).
C.
Pelaksanaan Haji
Ifrod.
Menempuh haji Ifrod yaitu
melaksanakan serangkaian ibadah Haji lalu melaksanakan serangkaian ibadah
Umroh.
Adapun pelaksanaannya sebagai
berikut :
1. Menggunakan
Ihrom dari miqotnyadengan niat Hajji yaitu :
-
Labbaikallahumma
hajja ( Kupenuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji ), atau
-
Nawaituul hajja wa
ahromtu biha lillahi ta’ala ( Aku berniat haji dan aku berihrom karena Allah
ta’ala.
2. Ketika
masuk Masjidil Harom disunahkan melaksanakan Thowaf Qudum. Thowaf ini boleh
disambung dengan Sa’i dan boleh tanpa Sa’i. Bila Sa’i telah dikerjakan sesudah
Thowaf Qudum, maka sesudah Thowaf Ifadloh tidak perlu Sa’i lagi.
3. Setelah
Thowaf Qudum jamaah tetap mengenakan ihrom dengan menjauhi larangannya sambil
menanti datangnya tgl. 8 Dzulhijjah untuk berangkat ke Arofah. Selanjunya
rangkaian acara ibadah haji sabagaimana telah diterangkan diatas.
4. Setelah
nafar, jamaah meninggalkan Mina untuk persiapan pelaksanaan ibadah Umroh.
5. Miqot
ihrom untuk Umroh bisa dari Ji’ronah (16 km dari Tanah Suci) ini yang lebih
utama, atau dari Tam’in ( 6 km dari Tanah Suci).
6. Ketika
ihrom berniat untuk umroh. Kemudian menuju Masjidil Harom untuk menjalankan
serangkaian acara ibadah umroh ( Thowaf, Sa’i, Tahallul )
7. Sebelum
meninggalkan Tanah Suci wajib melaksanakan Thowaf Wada’.
D. Pelaksanaan Haji Qiron
Menempuh haji Qiron yaitu
melaksanakan serangkaian ibadah Haji disertai niat sekalian ibadah umroh. Adapun
pelaksanaannya sebagai berikut :
1.
Menggunakan ihrom
dari miqotnya dengan niat haji dan umroh
-
Labbaikallahumma hajja wa umroh.
Atau
-
Nawaitul hajja wal umrota wa ahromtu bihima lillahi ta’ala.
2. Kemudian
melakukan Thowaf Qodum dan seterusnya seperti halnya haji Ifrod.
3 Setelah
nafar berarti selesai tidak usah umroh tersendiri.
4. Ketika
hendak pulang terlebih dahulu melaksanakan Thowaf Wada’.
E. Catatan Penting
1. Tembok
Ka’bah terbuat dari batu-batu besar berwarna kebiruan dari gunung di sekitar
Mekah
- Lebar
dinding utara ±10,02 meter
- Lebar
dinding barat ±11,58 meter
- Lebar
dinding selatan ±10,13 meter
- Lebar
dinding timur ±10,22 meter
- Tinggi
Ka’bah ± 13,10.meter
- Letak
geografis Ka’bah:
· 21°25‘21.2“
Lintang Utara
· 39°49‘34.1“
Bujur Timur
· Elevasi
304 meter (ASL)
2. Jarak
Madinah – Mekah ± 498 km
3. Jarak
Dzulhulaifah – Mekah ± 486,200 km
4. Jarak
Juhfah – Mekah ± 161,18 km
5. Jarak
Irqin – Mekah ± 80,640 km
6. Jarak
Qornul Manazil – Mekah ± 80,640 km
7. Jarak
Yalam-lam – Mekah ± 80,640 km
8. Jarak
Jeddah – Mekah ± 73 km
9. Letak
Geografis Mekah :
-
Antara 39° - 40° BT
dan 21° - 22° LU
-
Di ketinggian 330
meter di atas permukaan air laut.
10. Tanah
suci Mekah:
± 7 km ke arah utara Masjidil Harom
± 13 km ke arah selatan Masjidil Harom
± 25 km ke arah Barat Masjidil Harom.
11. Luas
Masjidil Haram adalah 356.800 meter persegi dg daya tampung lebih dari 1 juta
pada satu waktu
12. Jarak
Shofa dan Marwah ± 425 meter.
13. Jarak
Mekah – Mina ± 7 km
Jarak Mina –
Muzdalifah ± 5 km
Jarak Muzdalifah –
Arofah ± 9 km
Jarak Mekah – Arofah
± 25 km.
14. Jarak
antara Jumroh Ula – Jumroh Wustho ± 150 meter
Jarak antara Jumroh
Wustho – Jumroh Aqobah ± 190 meter
15. Kawasan
Tanah-Suci Makkah meliputi sepanjang 127 kilometer dengan luas sekitar 550
kilometer. Berada sekitar 300 meter dari permukaan laut.
Di dalam kawasan Tanah-Suci, Allah telah menjadikannya sebagai tempat kembali (Matsabah), tempat bertemunya seluruh manusia dan sebagai tempat yang aman. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidil Haram yang telah kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ atau di padang pasir, dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya kami rasakan kepadanya siksa yang pedih”. (QS al-Hajj: 22-25).
Jarak antara Masjidil Haram dengan batas-batas Tanah-Suci, antara lain dengan Tanim sekitar 7,5 Km, dengan Nakhlah sekitar 13 Km, dengan Adlat sekitar 16 Km, dengan Ji\'ranah sekitar 22 Km, dengan Hudaibiyah sekitar 22 Km, dan dengan Bukit sekitar 22 Km.
Di dalam kawasan Tanah-Suci, Allah telah menjadikannya sebagai tempat kembali (Matsabah), tempat bertemunya seluruh manusia dan sebagai tempat yang aman. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi manusia dari jalan Allah dan Masjidil Haram yang telah kami jadikan untuk semua manusia, baik yang bermukim di situ atau di padang pasir, dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya kami rasakan kepadanya siksa yang pedih”. (QS al-Hajj: 22-25).
Jarak antara Masjidil Haram dengan batas-batas Tanah-Suci, antara lain dengan Tanim sekitar 7,5 Km, dengan Nakhlah sekitar 13 Km, dengan Adlat sekitar 16 Km, dengan Ji\'ranah sekitar 22 Km, dengan Hudaibiyah sekitar 22 Km, dan dengan Bukit sekitar 22 Km.
0 Komentar