A. Menghargai Orang Lain
      Manusia diciptakan dalam kondisi ketergantungan antara satu dengan yang lain. Interaksi antara manusia tidak akan berjalan efektif jika tidak ada rasa saling menghargai antar mereka. Sebenarnya, sikap menghargai merupakan sebuah refleksi kejujuran seseorang atas kelebihan orang lain. Al-Qur’an dan sunah Nabi saw sendiri telah menuntun kita bagaimana seharusnya bersikap saling menghargai. Banyak petunjuk yang bisa diambil dalam ayat-ayat Al-Qur’an maupun riwayat hadits mengenai masalah ini.
                  Saling menghargai antar sesama mahluk Allah akan cepat tumbuh jika masing-masing mampu menghindari akhlak tercela, seperti prasangka buruk (su’udzon), mencari kesalahan orang lain, iri hati, dan lain sebagainya. Berawal dari iri hati dan berprasangka buruk, bisanya akan timbul kebencian yang pada akhirnya berujung permusuhan. Pada saat itulah, menghargai hak-hak orang lain akan menjadi beban yang sangat berat untuk ditunaikan. Untuk itu, sangatlah tepat jika Nabi saw memerintahkan kaum muslimin agar menjauhi sifat-sifat tercela melalui riwayat hadits berikut :

1





Dari Abi Hurairah bahwa Rasullah saw bersabda : “Jauhilah olehmu berprasangka (buruk), karena berprasangka (buruk) itu dalah kebohongan yang paling besar. Janganlah kalian salng mencari kesalahan orang lain, saling memata-matai, saling iri hati. Dan jangan saling beradu punggung, saling memarahi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. “(HR. Al – Bukhari dan Muslim)

            Saling mencari aib dan cacat orang lain (tajassus), saling dengki, saling berpaling muka dan sejenisnya adalah wujud dari tidak adanya rasa saling menghargai antar individu. Padahal Islam melarang umatnya untuk melakukan hal – hal yang tidak terpuji tersebut. Oleh karena itu, tidak dibenarkan jika seseorang bergaul hanya untuk mencari-cari atau kelemahan orang lain.Allah swt berfirman :

 “ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al – Hujurat/49:12)

            Kunci sikap saling menghargai dan saling memahami sekurang – kurangnya ada 2 hal, yaitu :
1.   Menghormati Hak Orang Lain
Setiap orang menghendaki keberadaannya diakui dan hak haknya dihormati. Rasa harga diri sebagai manusia akan terusik jika hak – haknya diabaikan oleh orang lain. Karena harga diri merupakan identitas manusia yang pada dasarnya memang butuh pengakuan diri pihak lain. Orang akan bias berbuat nekad jika harga dirinya dilanggar dan diusik oleh orang lain.

2.   Menahan Diri
Prinsip ini merupakan kelanjutan dari prinsip pertama. Menyadari bahwa setiap orang itu memiliki hak individu, maka tidak dibenarkan memaksakan haknya kepada orang lain. Jika terjadi dua kepentingan yang berbeda diantara kedua belah pihak, harus dicarikan jalan keluar dengan cara musyawarah untuk mencapai titik temu.
      Sikap saling menghargai sangat dibutuhkan dalam berteman atau dalam pergaulan secara umum. Maksudnya adar tidak terjadi salah faham antara individu yang satu dengan yang lain atau antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Dengan menghargai dan memahami pihak lain, pengetahuan kita akan semakin bertambah tentang adat – istiadat dan kebiasaan mereka, jika kebetulan mereka mempunyai budaya dan tradisi yang berbeda dengan kita. Di samping itu juga untuk menghindari sikap saling memaksakan kehendak. Dengan demikian, hubungan dapat terjalin secara harmonis, karena masing – masing merasa hak – haknya dihormati. Keta tentu tidak mau dipaksa oleh orang lain, sebagaimana orang lain tidak suka jika kita paksa.
4           
            Jika antar sesama mukmin saling mengembangkan sifat – sifat positif, mulai dari saling menghargai, toleransi, saling tolong – menolong, saling memaafkan, menyambung tali silaaturrahmi dan mendahulukan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, masa sikap solidaritas akan terjalin dengan kuat. Kerika sesama muslim berselisih, maka segera damaikan antara pihak tersebut. Kerena perselisihan biasanya diakibatkan masing – masing pihak yang berseteru tidak bias lagi saling menghargai. Jika perselisihan itu berlangsung terus, maka sikap solider antar sesame tidak akan terwujud. Wajar jika Al – Qur’an dalam hal solidaritas memberikan perintah cukup tegas sebagai berikut :

 “orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (QS. Al – Hujurat/49:10)

Rasullah saw bersabda :
1






Dari Abi Hurairah bahwa Rasullah saw bersabda : “Jauhilah olehmu berprasangka (buruk), karena berprasangka (buruk) itu dalah kebohongan yang paling besar. Janganlah kalian salng mencari kesalahan orang lain, saling memata – matai, saling iri hati. Dan jangan saling beradu punggung, saling memarahi. Jadilah kalian hamba – hamba Allah yang bersaudara. “(HR. Al – Bukhari dan Muslim)

B. Menghargai Karya Orang Lain
      Setelah kita pelajari bagaimana menghargai orang lain, lebih lanjut tentu kita akan dapat menghargai karya orang lain. Karena perilaku negatif tidak menghargai karya orang lain dapat merusak tatanan kehidupan antar sesama manusia. Untuk itu, Islam mengecam tindakan tercela tersebut. Diantaranya tindakan yang tidak menghargai karya orang lain adalah :
1.   Mencela, misalnya: mencela makanan
2.   Memalsu, misalnya: memalsu oli, pupuk, obat, uang
3.   Merusak, misalnya :merusak peninggalan sejarah
4.   Menggandakan, misalnya menggandakan hak cipta.
5.   Mengakui, misalnya: mengakui hasil karya orang lain sebagai karyanya sendiri.
6.   Memanipulasi, misalnya : memanipulasi data

C. Akibat yang ditimbulkan :
            Akibat yang ditimbulkan dari masyarakat yang sudah tidak menghargai karya orang lain diantaranya adalah :
1.  menurunnya kreatifitas seseorang,
2.  maraknya pruduk palsu,
3.  krisis ekonomi.
4.  maraknya pembajakan,
5.  hilangnya standar mutu,