A. Pengertian Iman kepada Qodlo’ dan Qodar
Iman kepada qodlo’ dan qodar merupakan rukun iman yang ke enam, biasa juga diistilahkan dengan iman kepada taqdir.
Yang dimaksud dengan iman kepada taqdir adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi, baik yang terkait dengan manusia maupun yang terkait dengan alam semesta, semuanya berjalan atas ketentuan Allah swt dan bukan terjadi dengan sendirinya.
Segala sesuatu yang akan terjadi telah direncanakan Allah yang semuanya tercacat di Lauhil Mahfudh (لوح محفوط) di zaman Azali.

Dalilnya :
الإيمانُ أنْ تُؤمنَ باللهِ وملائكتِهِ وكتبه ورُسُلِهِ وَاليَوْمِ الأخِرِ وَتؤمنَ با لقدر خيره وشرّه  ( رواه مسلم )        
Iman adalah jika kamu percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rosul-rosul-Nya, hari akhir dan kamu percaya ketentuan Nya yang baik maupun yang buruk. HR Muslim.
QS Al-Ahzab : 38. tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu[1221]. dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku,
[1221] Yang dimaksud dengan sunnah Allah di sini ialah mengerjakan sesuatu yang dibolehkan Allah tanpa ragu-ragu.
 

QS Maryam : 21. Jibril berkata: "Demikianlah". Tuhanmu berfirman: "Hal itu adalah mudah bagiku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan".

QS Al-Hadid/57(22). tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Selain Allah telah menetapkan apa yang akan terjadi, Allah juga telah menetapkan undang-undang (hukum) alam yang disebut sunnatullah  yaitu hukum kepastian yang berlaku bagi alam semesta ini sehingga dapat berjalan secara teratur yang bersifat tetap dan tidak berubah.


QS Al-Fath / 48:23. sebagai suatu sunnatullah[1403] yang telah Berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan peubahan bagi sunnatullah itu.
[1403] Sunnatullah Yaitu hukum Allah yang telah ditetapkannya.

Contoh sunnatullah : air mengalir, besi dipanaskan memuai, cahaya membias dsb yang semuanya dapat dipelajari dan disimpulkan dalam IPA ( ilmu pengetahuan alam ).
Selain sunnatullah yang tak tertulis yang terdapat pada alam raya seperti yang telah disebutkan bersama contoh di atas juga ada sunnatullah yang tertulis dalam Al-Qur’an. Keduanya sama-sama berasal dari kehendak Allah, dan hukum kemutlakannya tetap dan tidak berubah. Perbedaannya : yang tidak tertulis dalam Al-Qur’an, kebanyakan hanya berkaitan dengan dunia saja dan isyaratnya mudah ditangkap akal pikiran dan disimpulkan. Sedang yang tertulis dalam Al-Qur’an kebanyakan berdampak dalam kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat nanti dan isyaratnya sulit ditangkap akal pikiran kecuali bagi mereka yang mendapat hidayah. Contohnya ; larangan zina, riba, minuman keras.

B.  Ruang Lingkup Iman kepada Qodlo’ dan Qodar
        Keimanan seorang muslim kepada qodlo’ dan qodar Allah hendaknya meliputi empat aspek berikut:
1.    Ilmu (Pengetahuan Allah)
Yakni meyakini bahwa Allah Mahatahu atas segala sesuatu, mengetahui segala yang telah terjadi, segala yang sedang terjadi dan segala yang belum terjadi.
2.    Kitabah (Catatan Allah)
Yakni meyakini bahwa Allah telah mencatat segala sesuatu yang telah terjadi, segala yang sedang terjadi dan segala yang belum terjadi di Lauhil Mahfudl.
QS. Al-Hajj/22:70 “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu Amat mudah bagi Allah”.
        3.   Masyi’ah (kehendak Allah)
Seorang mu’min hendaklah meyakini bahwa Allah swt telah berkehendak atas segala sesuatu, dan tidak ada sesuatupun yang terjadi tanpa kehendak-Nya.
        4.   Khalq (Ciptaan Allah)
Keimanan seseorang  hendaknya meyakini terhadap qodlo’ dan qodar Allah swt yang meliputi penciptaan segala sesuatu.
62. Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.
63. kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka Itulah orang-orang yang merugi.
64. Katakanlah: "Maka Apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, Hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?"

B.    Hubungan Antara Qodlo’ dan Qodar
Istilah qodlo’ dan qodar dapat dikatakan dua kata yang mempunyai arti sama atau hampir sama. Karena itu, kedua kata ini kadang-kadang disebutkan bersama-sama. Tapi sering disebutkan qodar saja dengan maksud yang sama.
Arti kata qodlo’ ialah keputusan atau ketetapan, sedang qodar artinya ukuran atau ketentuan. Adapun kata taqdir merupakan kata jadian dari kata qodar yang juga berarti ukuran atau ketentuan.
Untuk memahami bagaimana hubungan antara qodlo’ dan qodar berikut ini beberapa pendapat ulama’ :
1.  Golongan Asy’ariyah : qodlo’ adalah irodah ( kehendak ) Allah terhadap sesuatu di zaman azali dan qodar adalah mengadakan sesuatu menurut ukuran tertentu dan cara tertentu yang diirodahkan oleh Allah.

2.    Golongan Ahli Kalam : qodlo’ adalah irodah ( kehendak ), sedang qodar adalah penciptaan sesuatu menurut irodah; atau qodlo’ itu ilmu dan qodar itu mengadakan sesuatu menurut ilmu. Menurut pendapat ini qodlo’ itu qodim ( dahulu ), sedang qodar itu hadits ( baru ).

Dari kedua pendapat di atas bahwa, qodlo’ adalah rencana Allah di zaman azali, sedang qodar adalah perwujudan kejadian sesuai dengan rencana Allah, yang disebut juga taqdir.

3.    Al-Khoththoby berkata : kebanyakkan orang menyangka bahwa arti qodlo’ dan qodar adalah Allah memaksa hamba berlaku menurut yang telah diqodarkan  ( direncanakan ), sebenarnya arti qodlo’ dan qodar ialah Allah mengabarkan bahwa, semua yang akan terjadi ( yang diusahakan oleh hamba ) lebih dahulu telah diketahui Allah dan kejadiannya atas kekuasaan Allah juga adanya.

4.    Sedang dalam buku paket Pendidikan Agama Islam terbitan Depag 1999 disebutkan dalam rangkumannya bahwa, qodlo’ adalah merupakan keputusan Allah, sedang qodar adalah ukuran keputusan Allah itu.

C.    IKHTIAR
Ikhtiar adalah usaha manusia baik lahir maupun batin untuk memenuhi kebutuhan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat nanti.
Untuk mencapai cita-cita dan kesuksesan, diperlukan melakukan ikhtiar ( usaha ) semaksimal mungkin baik dengan usaha lahir, seperti mengerahkan tenaga, akal, pikiran, juga usaha batin, seperti pendekatan diri kepada Allah dengan memohon pertolongan-Nya.
Dalam hidup ini seseorang tidak boleh hanya berpangku tangan, menunggu nasib / taqdir yang telah ditentukan oleh Allah saja, akan tetapi seseorang harus memberi sebab akan taqdir yang menjadi harapannya. Sebagai manusia umumnya tidak tahu taqdir apa yang akan diterimanya. Walaupun demikian wajib hukumnya menyakini bahwa Allah telah memutuskan akan semua taqdir.
مَنْ جَدَّ وَجَدَ  ( Barang siapa bersungguh-sungguh , cita-cita akan terwujud ).
Jadi dalam berusaha harus giat, harus optimis dalam menentukan dan mencapai cita-cita, perhatikan firman Allah berikut :
žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan kita harus menyadari pula bahwa kemampuan seseorang ada batasnya, dan daya serta kekuatan manusia dalam kekuasaan Allah. لاحول ولاقوة الابا لله العليّ العظيم (Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali hanya dengan pertolongan Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Agung ).

Untuk itu maka dalam berikhtiar seyogjanyalah yang masih dalam jangkauan kita.

Dalam menyikapi adanya taqdir Allah dan ikhtiar manusia, timbullah aliran yang saling bertentangan dan keduanya tidak boleh kita ikuti yaitu:
1.    Faham Qodariyah: yang berpendapat bahwa, manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan mutlak dalam menentukan perjalanan hidupnya. Tokoh dari golongan ini adalah Ma’abad al-Juhani al-Basri dan Ghoilan al-Dimasyqi
Kelemahan faham ini adalah Allah tidak mempunyai kekuasaan pada hamba-Nya
2.    Faham Jabariyah : yang berpendapat bahwa, perbuatan manusia bukan timbul dari kemauannya sendiri melainkan pemaksaan dari kehendak Allah pada diri manusia, yang demikian dapat diibaratkan bagaikan wayang ditangan dalangnya. Tokohnya adalah Tsalut Ibnu “Ashom
Kelemahan fahan ini adalah Allah terkesan jahat dan tidak adil, sebab ada manusia yang dengan kehendak-Nya di masukkan neraka, sedang manusia yang lain dimasukkan surga.

Sedang Golongan Ahli sunnah wal jama’ah : beri’tiqad : Allah yang menentukan taqdir dan juga memerintahkan manusia untuk berikhtiar. Apa yang terjadi adalah bertemunya taqdir Allah dengan ikhtiar manusia. Diantara tokoh golongan Ahli sunnah wal jama’ah adalah Abu al-Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi

D.  TAWAKKAL
Tawakkal adalah pasrah atau berserah diri kepada Allah akan hasil dari apa yang telah diusahakan.
Manusia hanya mampu sebatas mengusahakan keberhasilan cita-cita, akan tetapi berhasil atau tidaknya usaha tersebut yang menentukan hanyalah Allah. Bila berhasil sudah selayaknya bersyukur kepada Allah, dan bila kandas atau gagal maka seharusnya bersabar dan berbaik sangka kepada Allah, mungkin Allah menghendaki yang lain yang lebih baik. Kita harus yakin bahwa Allah adalah Dzat yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana. Bila hamba-Nya diuji dengan sebuah cobaan, pasti Allah menghendaki untuk mengangkat hamba tadi dengan derajat yang lebih tinggi, asal masih tetap tegar di atas jalan-Nya (berpegang teguh dengan iman dan Islam serta tidak putus asa akan rohmat-Nya). Sedang apa yang telah diusahakan ,semuanya tidaklah sia-sia dan pasti ada pahalanya.
QS Al-Baqoroh / 2 : 110. “dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan”.

Bila manusia menyadari yang demikian tentu akan timbul sikap optimis dalam menjalani kehidupan ini. Keadaan kita sekarang ( tubuh, kesehatan, keluarga, harta, pekerjaan, ilmu dan lain-lain ) adalah modal untuk menyelesaikan problem yang ada dan sangat berguna untuk menentukan masa depan. La Tahzan (jangan bersedih ).

Usaha adalah urusan kita. berhasil atau tidak yang menentukan adalah Allah..Bertawakkallah !

E.    FUNGSI IMAN KEPADA QODLO’DAN QODAR
Setelah mempelajari pembahasan di atas maka dapatlah kita memahami fungsi iman kepada qodlo’dan qodar yang diantaranya adalah :
1.    Dengan memahami sunnatullah yang berlaku bagi alam, akan dapat membawa kemajuan ilmu pengetahuan.
2.    Dengan bersikap optimis dalam berusaha dan berikhtiar , kualitas hidup akan meningkat dan tidak mudah berputus asa.
3.    Dengan bersikap tawakkal setelah melakukan ikhtiar, jiwa akan tenang dan damai.
4.    Dengan beri’tiqad qodlo’dan qodar yang benar, akan mencetak jiwa yang berani menghadapi kenyataan hidup, bahkan menghadapi maut sekalipun.

KATA-KATA MUTIARA
1.     Umar bin Khottob : “Tiada aku peduli apa yang aku hadapi di tiap-tiap pagi, menyenangkan atau menyusahkan. Karena aku tiada mengetahui di mana kebajikan berpihak, pada yang menyusahkan atau pada yang menyenangkan”.
2.     Al-Hasan : “ Janganlah kamu membenci kesusahan-kesusahan yang datang menimpa dirimu dan bencana-bencana yang datang menyerbumu, karena yang sering benar pekerjaan yang tiada kamu sukai itu mendatangkan rohmat dan kesenangan bagimu, sebagaimana kerap juga pekerjaan-pekerjaan yang kamu gemari dan kamu sukai mendatangkan kebinasaan kepadamu.
3.     Kesimpulan perkataan Ibnu Qoyyim :’
-          Boleh kita berdalih dengan taqdir sesudah kita melakukan suatu dosa yang telah kita bertaubat dari padanya. Sebab ketidak mampuan seseorang menghindar dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah.
-          Adapun berdalih dengan taqdir didalam kita meninggalkan perintah dan mengerjakan larangan sekali-kali tidaklah diperbolehkan.
---ooo0O0ooo--