A. Pendahuluan
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”. QS. Yusuf
:111.
Tersebarnya agama
Islam ke seluruh pelosok dunia seperti dewasa ini bukan berarti tanpa
perjuangan keras. Semua itu dimulai dari dakwah Nabi Muhammad saw sejak beliau
menerima wahyu pertama di kota
Mekah, tepatnya di Gua Hira. Sejak peristiwa itulah Nabi Muhammad saw telah
dikukuhkan menjadi Rasulullah yang terakhir dan berkewajiban untuk menyebarkan
dakwah islamiyah kepada seluruh umat manusia.
Proses dakwah Nabi
di kota Mekah
berlangsung selama 13 tahun. Perjalanan dakwah Nabi di Mekah sarat dengan
tantangan dan hambatan dari berbagai kalangan, mulai dari orang-orang kafir
Quraisy, bahkan dari keluarga beliau sendiri yang ingkar terhadap ajarannya.
Secara garis besar,dakwah
nabi Muhammad saw periode Mekah terbagi menjadi dua tahap,yaitu :
- Dakwah secara
sembunyi-sembunyi yang berlangsung selama tiga tahun.
- Dakwah secara
terang-terangan di tengah penduduk Mekah yang dimulai sejak tahun keempat
kenabian hingga akhir tahun ke-13.
B.
Dakwah
secara sembunyi-Sembunyi
Setelah menerima wahyu
pertama Surah Al-Alaq ayat 1-5, Nabi Muhammad saw merasa ketakutan dan bingung
atas peristiwa yang baru saja dialaminya. Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa
ungkapan pertama yang beliau ucapkan ketika di rumah adalah zamilluni,
zamilluni, yang artinya adalah selimutilah aku, selimutilah aku! Beliau merasa
sangat terguncang setelah melihat sosok Malaikat Jibril dalam bentuk yang
sangat besar. Namun berkat dukungan moril dari Khadijah dan juga informasi dari
seorang pendeta Yahudi bernama Waraqah bin Naufal mengenai sosok Jibril, maka
beliau menjadi lebih tenang.
Beberapa hari setelah
peristiwa tersebut, nabi masih merenung dan memikirkan kejadian yang telah
dialaminya. Sampai kemudian wahyu kedua disampaikan kepada beliau. Berikut ini
ayat Al-Qur’an yang turun kepada Nabi Muhammad saw sebagai wahyu kedua.
Artinya : “Wahai orang yang berkemul (berselimut), bangunlah lalu berilah
peringatan! Dan agungkanlah Tuhanmu, dan bersihkanlah pakaianmu, dan
tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji, dan janganlah engkau (Muhammad)
memberi (dengan maksud) memperoleh balasan yang lebih banyak, dan karena
Tuhanmu bersabarlah.” (Q.S. Al-Muddatstsir/74:1-7).
Wahyu kedua ini
memerintahkan Rasulullah saw agar segera melakukan dakwah kepada umat manusia.
Turunnya wahyu kedua inilah yang menjadi awal kegiatan Nabi menyeru dan
menyebarluaskan ajaran Islam di muka bumi.
Dalam melakukan misi dakwah
islamiyah, mula-mula Rasulullah menyampaikannya secara sembunyi-sembunyi.
Selain memamg belum ada perintah Allah swt untuk menyampaikan dakwah secara
terbuka, aktivitas dakwah dengan metode sembunyi-sembunyi menjadi strategi yang
cukup efektif, karena mampu meredam gejolak sosial di kalangan kaum kafir
Quraisy di Mekah. Oleh sebab itulah pada periode ini beliau hanya menyeru kepada
keluarga dan beberapa kerabat dekatnya.
Pada tahap awal, Rasulullah
hanya menyampaikan beberapa ajaran dasar agama Islam. Inti ajaran tersebut
mencakup perintah untuk mengesakan Allah dan penolakan untuk menyembah berhala.
Orang-orang yang pertama kali menerima seruan dakwah pada periode awal ini
dikenal dengan istilah as-sabiqunal awwalun (golongan pendahulu yang memeluk
agama Islam). Mereka adalah Khadijah (istri Rasulullah), Zaid bin Haritsah
(anak angkat Rasulullah), Ali bin Abi Thalib (sepupu Rasulullah), serta Abu
Bakar (sahabat karib Rasulullah). Melalui beberapa orang tersebut, ajaran Islam
menyebar sedikit demi sedikit kepada beberapa orang lainnya. Abu Bakar
misalnya, berhasil mengajak lima
orang untuk memeluk agama Islam. Mereka adalah Sa’ad bin Abi Waqqash, Zubair
bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah, Abdurrahman bin Auf, dan Utsman bin Affan.
Selain keluarga dan kerabat dekat, Nabi Muhammad saw juga menyampaikan
dakwahnya kepada orang-orang yang sudah dikenalnya secara baik. Di antara
mereka ada yang mau menerima dakwah beliau karena didasari keyakinan kuat bahwa
apa yang disampaikan Nabi saw adalah benar.
Dakwah secara
sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3 tahun. Dalam jangka waktu tersebut,
mula-mula Rasulullah dan beberapa sahabatnya hanya berhasil membentuk sebuah
kelompok kecil umat Islam. Sampai akhirnya turun wahyu yang mengharuskan beliau
untuk menyampaikan dakwah secara terang-terangan. Menurut sebagian ahli
sejarah, wahyu yang memerintahkan Rasulullah saw untuk melakukan kegiatan dakwah
secara terang-terangan adalah firman Allah swt,
Artinya : “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad)
yang terdekat.” (Q.S. Asy-Syu’ara’/26:214).
C.
Dakwah
secara terang-terangan
Setelah menerima wahyu untuk
berdakwah secara terang-terangan, Rasulullah saw melakukan beberapa langkah
strategis untuk misi dakwahnya. yaitu Mengumpulkan Bani Hasyim.
Untuk menyampaikan inti
ajaran Islam kepada mereka. Ada
sekitar 45 orang dari Bani Muththalib dan Bani ‘Abdi Manaf menghadiri pertemuan
tersebut. Namun sebelum Nabi Muhammad saw berbicara sedikit pun, Abu Lahab yang
tidak lain paman beliau sendiri langsung menyela, “Orang-orang yang hadir di
forum ini adalah paman-pamanmu beserta anak-anaknya. Maka bicaralah jika kamu
ingin berbicara, dan tidak perlu bersifat kekanak-kanakan. Ketahuilah bahwa
tidak ada orang Arab yang berani mengerutkan dahi mereka terhadap keluarga
besarmu. Oleh karena itu, aku berhak menghukummu. Namun jika kamu tetap
bertahan pada tekadmu ini, maka akan lebih mudah bagi seluruh kabilah Quraisy
untuk menerkammu. Karena sesungguhnya kami tidak pernah melihat seorang pun
dari mereka berbuat macam-macam seperti yang kamu perbuat saat ini.”
Mendengar ucapan tersebut, Nabi Muhammad saw sengaja diam dan tidak berkata
apapun.
Pada kesempatan lain, Nabi
Muhammad saw mengundang mereka untuk kedua kalinya. Saat itulah beliau
bersabda, “Segala puji bagi Allah Yang aku memuji-Nya, memohon pertolongan
kepada-Nya, percaya dan tawakkal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya seorang pemandu itu
tidak akan mendustakan keluarganya. Demi Allah tidak ada Tuhan selain Dia,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus dan kepada manusia
secara umum. Demi Allah, kalian benar-benar akan mati layaknya orang yang
sedang tidur nyenyak dan akan dibangunkan lagi layaknya orang yang baru bangun
tidur. Sesungguhnya seluruh amal perbuatan yang pernah kalian perbuat
benar-benar akan dihisab (dihitung). Lalu disana akan ada surga yang abadi dan
neraka yang abadi pula.”
Mendengar ucapan Rasulullah
saw, Abu Thalib berkata, “Orang-orang yang menjadi keluarga bapakmu ini sudah
bersepakat untuk melawan upayamu. Aku hanyalah segelintir orang diantara mereka.
Namun, akulah orang pertama yang mendukung apa yang engkau sukai. Maka
lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa
menjaga dan melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan untuk tidak
meninggalkan agama Bani Abdil Muththalib.” Kemudian Abu Lahab berkata, “Demi
Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan atas dirinya sebelum orang
lain yang melakukannya.” Namun Abu Thalib kembali berkata, “Demi Allah, aku
akan tetap melindunginya selama aku masih hidup.”
Kegiatan dakwah Nabi seolah
memperoleh angin segar setelah Abu Thalib mengeluarkan pernyataan tersebut.
Secara tidak langsung, pernyataan tersebut merupakan dukungan atas kegiatan
dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Terbukti setelah statemen
tersebut dilontarkan, semakin banyak penduduk Mekah yang memeluk agama Islam.
Kemajuan ini mendorong Rasulullah untuk semakin mengaktifkan kegiatan dakwahnya
secara formal dan terang-terangan. Oleh karena itu, pada suatu kesempatan
beliau mengundang seluruh penduduk Mekah ke bukit Shafa untuk mendengarkan
khutbahnya.
Dalam khutbahnya, Rasulullah
menyampaikan inti ajaran agama Islam yang dibawanya dan menegaskan bahwa
dirinya adalah Rasulullah (utusan Allah). Beliau mengajak mereka agar memeluk
agama tauhid (mengesakan Allah), beriman kepada risalahnya dan juga iman kepada
hari kiamat. Berbagai reaksi pun muncul setelah khutbah itu disampaikan. Ada yang langsung percaya
dan mengimaninya dan ada juga yang sebaliknya. Namun yang paling terkenal
adalah reaksi dari Abu Lahab. Setelah mendengar khutbah Rasulullah, Abu Lahab
marah dan berkata, “Celakalah kamu Muhammad untuk selama-lamanya. Untuk tujuan
inikah kamu mengumpulkan kami semua disini?” Setelah ucapan tersebut keluar
dari mulut Abu Lahab, Allah swt akhirnya berfirman,
Artinya : “Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar binasa dia.
Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan
masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka). Dan (begitu pula) istrinya,
pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di lehernya ada tali dari sabut yang
dipintal.” (Q.S. Al-Lahab/111:1-5).
Kejadian di bukit Shafa
tersebut tidak membuat semangat dakwah Rasulullah saw menjadi surut. Justru
sebaliknya Rasulullah saw semakin gigih dalam berdakwah. Seruan beliau terus
bergema di pelosok kota
Mekah, hingga kemudian turun ayat:
Artinya : “Maka
sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” (Q.S. Al-Hijr/15:94).
Ayat diatas semakin
mengukuhkan posisi Nabi Muhammad saw sebagai seorang rasul untuk menyampaikan
risalah Allah secara tegas dan terang-terangan, serta menentang perbuatan orang
kafir Mekah.
D.
Intimidasi
dan Upaya Pembunuhan oleh Kafir Quraisy
Semenjak Nabi saw dan para pengikutnya
melakukan dakwah secara terang-terangan, semakin banyak penduduk Mekah yang
benci kepada pemeluk Islam. mereka tidak ingin ada kepercayaan baru yang tumbuh
subur di kota
Mekah. Karenanya, mereka terus berusaha menghalangi kegiatan dakwah Islamiyah,
salah satunya dengan melakukan penganiayaan dan intimidasi. Berbagai
penganiayaan dilakukan orang kafir Quraisy, baik kepada Rasulullah maupun para
sahabatnya. Setidaknya ada dua tujuan utama yang mereka lakukan, yaitu:
1. Menghambat dakwah
Rasulullah.
2. Agar Rasulullah dan
para pengikutnya meninggalkan agama Islam dan kembali kepada kepercayaan yang
dianut oleh nenek moyang mereka.
Di antara usaha yang
dilakukan orang kafir Quraisy untuk menghalangi kegiatan dakwah Rasulullah
adalah membujuk Abu Thalib agar mau menyuruh kemenakannya tersebut menghentikan
kegiatan dakwah. Bahkan mereka ingin menukar Rasulullah dengan seorang anak
muda tampan yang bernama Amrah bin Walid agar mereka bisa membunuh Nabi. Upaya
ini dilakukan karena Abu Thalib merupakan pimpinan Bani Hasyim yang memiliki
otoritas sangat besar. Mendengar hal tersebut Abu Thalib marah dan berkata,
“Kamu serahkan anakmu untuk aku pelihara, sementara anakku kalian bunuh begitu
saja. Pergillah dari sini, aku tidak sudi menyerahkannya!”
Kejadian tersebut semakin
menumbuhkan rasa sayang Abu Thalib kepada Nabi Muhammad saw. Karena itu, beliau
mengundang keluarga Bani Hasyim dan Bani Al-Muththalib untuk menjaga dan
melindungi Rasulullah dari upaya penganiayaan kaum kafir Quraisy.
Disebutkan dalam sebuah riwayat
bahwa suatu hari Rasulullah sedang melakukan ibadah di dekat Ka’bah. Lantas
datanglah Abu Jahal dengan membawa batu besar. Batu tersebut akan dijatuhkan ke
kepala Rasulullah pada saat beliau bersujud. Namun pada saat yang bersamaan,
tiba-tiba Abu Jahal melihat seekor unta besar menerjang ke arahnya. Abu Jahal
akhirnya lari ketakutan dan usaha pembunuhan itu pun gagal.
Selain peristiwa di atas,
masih banyak lagi penganiayaan dan intimidasi yang dilakukan terhadap
Rasulullah saw. Namun usaha tersebut tetap saja gagal, sehingga membuat mereka
menempuh jalan yang lebih halus, yakni membujuk Nabi. Pernah dikisahkan dalam
sebuah riwayat bahwa orang-orang kafir Quraisy mengutus “Utbah bin Rabi’ah
untuk berbicara kepada Nabi Muhammad saw. “Utbah bin Rabi’ah berkata, “Wahai
Muhammad, bila kamu menginginkan harta kekayaan, saya sanggup menyediakannya
untukmu. Bila kamu menginginkan pangkat yang tinggi, saya sanggup mengangkatmu
menjadi seorang raja, dan bila kamu menginginkan seorang wanita cantik, saya
sanggup mencarikannya. Akan tetapi dengan satu syarat, kamu mau menghentikan
kegiatan dakwahmu.” Namun secara tegas Rasulullah saw menolak tawaran tersebut.
Dalam sebuah riwayat
diceritakan bahwa nabi Muhammad pernah berkata kepada pamannya, Abu Thalib,
“Wahai pamanku, seandainya matahari diletakkan di tangan kananku dan bulan di
tangan kiriku agar aku berhenti berdakwah, pasti aku tidak akan menghentikan
dakwahku sampai Allah memberiku kemenangan atau binasa dalam berjuang.”
Intimidasi dan tindak
kekerasan juga dilancarkan kaum kafir Quraisy kepada pengikut Nabi Muhammad
saw. Namun jumlah penganut Islam semakin bertambah sekalipun tidak dalam jumlah
yang sangat besar. Pengikut Rasulullah pada saat itu hanya sekitar 182 orang.
Kebanyakan mereka adalah orang-orang miskin dan kaum budak. Oleh sebab itu,
dengan mudah orang-orang kafir Quraisy menyiksa mereka. Hal tersebut dilakukan
untuk menakut-nakuti dan mencegah berkembangnya agama Islam.
Di antara budak yang disiksa
adalah Bilal bin Rabbah, budak Umayyah bin Khalaf. Sebagai tokoh kaum Quraisy
Mekah yang terkemuka, Umayyah merasa malu ketika salah seorang budaknya memeluk
agama Islam. Oleh karena itu, dia menyuruh Bilal untuk meninggalkan agama
barunya tersebut. Namun Bilal menolak perintah tersebut dan dia tetap gigih
memeluk agama Islam. Sikap Bilal yang demikian menjadikan Umayyah sangat marah
sehingga dia pun menyiksanya dengan amat keji. Bilal diikat dan diseret
sepanjang jalan. Tidak hanya itu, tubuh Bilal juga dihimpit dengan batu besar
dan dijemur di bawah terik matahari. Bilal dipaksa untuk meninggalkan agama
Islam dan diperintahkan untuk kembali menyembah berhala. Namun dia menolaknya.
Pada saat yang kritis, Abu Bakar datang dan menebus untuk kemudian
memerdekakannya. Bilal bin Rabbah kemudian menjadi mu’adzdzin pertama dalam
Islam.
Selain Bilal bin Rabbah,
sahabat Rasulullah yang mendapat siksaan dari orang kafir Quraisy adalah
Sumayyah, ibunda ‘Ammar bin Yasir beserta seluruh keluarganya. Mereka disiksa
oleh majikannya sendiri, yaitu Abu Jahal. Sumayyah disiksa dan akhirnya dibunuh
oleh Abu Jahal. Sedangkan ‘Ammar dadanya dihimpit dengan batu yang sangat panas
dan sebagian tubuhnya dibenamkan ke dalam pasir yang sangat panas. Keluarganya
yang lain pun disiksa dengan siksaan yang sangat menyakitkan.
Meski demikian, siksaan,
intimidasi, caci-maki, ancaman dan berbagai bentuk teror dari orang-orang kafir
Quraisy kepada Rasulullah saw dan para pengikutnya tidak menyebabkan mereka
jera dan berhenti untuk menyebarkan ajaran Islam. Sebaliknya, Nabi dan para
pengikutnya semakin gigih dalam berjuang menegakkan kalimat Allah. Siksaan dan
penganiayaan yang ditujukan kepada mereka ditanggapi dengan sabar dan tawakkal
dengan tetap memohon pertolongan Allah swt. Mereka menganggap semua itu sebagai
cobaan dan ujian dari Yang Maha Kuasa. Sebab, Allah swt tidak akan memberi
cobaan dan ujian kepada hamba-Nya melebihi dari kemampuan yang mereka miliki.
Sebagai insan pilihan,
Rasulullah saw tidak pernah membalas kekerasan dengan kekerasan, melainkan
selalu menyikapinya dengan kelembutan, kearifan, dan perdamaian dalam
menyelesaikan segala persoalan. Kalau kita mau melihat dan menelusuri jejak
sejarah yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya, maka kita
akan memperoleh pelajaran yang sangat banyak dan berharga. Di antara hikmah
yang bisa kita petik dari berbagai peristiwa dan usaha penyebaran agama Islam
di Mekah yang dilakukan Rasulullah saw dan para sahabatnya adalah diperlukan
kesabaran, metode dan strategi yang jitu dalam melaksanakan dakwah. Di samping
itu, kita juga harus tetap mempertahankan keyakinan kita, meskipun cobaan dan
ancaman yang menerpa kita sangatlah berat. Kita harus tetap mempertahankan
keyakinan kita, meskipun cobaan dan ancaman menerpa kita.
------ooo000ooo-------
Doa Mohon dihindarkan dari kesusahan:
اللَّهُـمَّ
إِنِّى أَعُـوْْذُ بِكَ مِنَ الْهَـمَّ وَ الْحَزَنِ أَعُـوْْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْـزِ
وَالْكَسَـلِ وَأُعَـوْْذُ بِكَ مِنَ الجُـبْـنِ الْبُخْـلِ وَأعـوْبِـكَ مِنَ الْغَـلَـبَةِ
الدَيْنِ وَ قَهْـرِ الرَّجَالِ،
“ Ya Allah sungguh aku berlindung kepada-Mu
dari kesusahan dan kedukaan, dan aku berlindung kepada-Mu dari lemah kemauan
dan rasa malas, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan bakhil dan
aku berlindung kepada-Mu dari banyak hutang dan kedloliman manusia”.
Tugas :
1.
Tugas
individu
- Menceritakan kisah Dakwah Nabi Muhammad saw di Mekah
2.
Tugas
Kelompok
- Mencari dari berbagai sumber tentang kisah Nabi saw
a. di masa kecil
b. di masa remaja
c. di masa berumah tangga
d. dalam menerima wahyu di
Gua Hiro’.
0 Komentar