A. Husnuzh-Zhann
kepada Allah
1. Pengertian
Husnuzh-Zhonn
Makna istilah husnuzh-zhann
adalah berbaik sangka yang menjadi lawan dari su’uzh-zhann yang artinya
berburuk sangka. Seorang muslim diperintahkan untuk senantiasa berbaik sangka
kepada Allah swt. Hal ini harus dia lakukan dengan alasan bahwa mustahil Allah
menghendaki sesuatu yang buruk pada hamba-Nya. Karena Allah adalah Zat Yang
Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Bentuk husnuzh-zhann seorang
hamba kepada Allah adalah dengan selalu beranggapan bahwa segala sesuatu yang
ditakdirkan Allah kepada dirinya adalah pilihan yang terbaik dari Allah. Adapun
jika ternyata kenyataan yang dia terima merupakan kenyataan yang pahit bagi
umumnya manusia, hendaklah dia kembali introspeksi dan tidak sertamerta
berprasangka bahwa Allah telah berkehendak buruk baginya.
Misalnya ketika seseorang
terkena musibah, hendaklah dia tidak berprasangka buruk kepada Allah. Dalam
kasus seperti ini, seorang muslim diperintahkan untuk merasa bahwa Allah telah
memperingatkan dirinya untuk mengoreksi seluruh amal perbuatannya.
Alasan mengapa seorang hamba
diwajibkan untuk berhusnuzh-zhann kepada Allah swt diantaranya karena
pengetahuan manusia sangatlah terbatas. Manusia hanya mengetahui hal-hal yang
sifatnya kasat mata dan sama sekali tidak mengetahui rahasia yang terdapat di
balik realita. Karena keterbatasan pengetahuan terhadap rahasia kejadian alam
inilah manusia seharusnya berbaiksangka kepada Allah. Sebab apa yang dia kira
suatu kebaikan, belum tentu baik di mata Allah, dan apa yang dia sangka sebagai
keburukan juga belum tentu buruk di mata Allah. Hal ini sesuai dengan
firman-Nya,
#Ó|¤tãur br& (#qèdtõ3s? $\«øx© uqèdur ×öyz öNà6©9 ( #Ó|¤tãur br& (#q6Åsè? $\«øx© uqèdur @° öNä3©9 3
ª!$#ur ãNn=÷èt óOçFRr&ur w cqßJn=÷ès? ÇËÊÏÈ
(2 : 216)“Tetapi
boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh
jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah/2:216).
2. Manfaat Husnuzh-Zhann
Berbaik sangka kepada Allah
swt sangat banyak manfaatnya. Di antara manfaat yang jelas-jelas bisa dirasakan
adalah menambah kadar keimanan dan tawakkal seorang hamba kepada Allah swt.
Ketika seseorang senantiasa berhusnuzh-zhann kepada Allah swt, berarti dia
yakin bahwa Allah selalu menyayanginya dan akan berbuat yang terbaik untuknya.
Seberat apapun musibah yang diberikan kepadanya, dia akan tetap yakin bahwa
semua itu sebagai ajang ujian yang akan membuatnya lebih dekat kepada Allah.
Bahkan orang yang berhusnuzh-zhann kepada Allah swt tetap akan merasa tenang
dan tenteram seberat apapun ujian yang dia terima. Karena dia yakin bahwa Allah
tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan hamba-Nya. Allah Ta’ala telah
berfirman (Q.S. Al-Baqarah/2:286).:
w ß#Ïk=s3ã ª!$# $²¡øÿtR wÎ) $ygyèóãr 4
(2 : 286). Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Manfaat lain yang didapatkan
dari sifat husnuzh-zhann kepada Allah swt adalah mendapatkan perubahan takdir
yang buruk menjadi takdir yang baik. Dengan terus berbaik sangka kepada Allah,
maka ketentuan yang semula ditulis kurang beruntung bisa diubah Allah menjadi
takdir yang baik. Sebab takdir Allah juga ditentukan oleh faktor prasangka
hamba kepada-Nya. Apabila seseorang berprasangka baik kepada Allah, maka Allah
akan menetapkan sesuatu yang baik untuknya. Dan begitu pula sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan hadits qudsi yang telah disebutkan oleh Rasulullah saw,
عن أبى هريرة رضي الله عنه قال قال
النبي صلى الله عليه و سلـم يقول الله تعالى : أنا عند ظنّ عبدى بى و أنا معه إذا
ذكرنى فإنْ ذكرنى فى نفسـه ذكرْته فى نفسى وإنْ ذكرنى فى ملإْ ذكرته فى ملإ خيرٍ
منهم و إن تقرّب إليّ بِشِبْرٍ تقرّبْتُ إليه ذِراعًا، وإنْ تقرّب إليّ ذراعًا تقرّبتُ إليه بَاعًا،
وإنْ أتانى يَمْشِى أتيتُـهُ هَرْوَلَةً ( رواه البخارى)
Artinya : Dari Abu
Hurairah ra, dia berkata, nabi saw bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
“(Ketentuan)-Ku sangat bergantung pada perasaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku akan
selalu bersama-Nya jika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingatku dalam dirinya,
maka Aku akan mengingat-Nya pada Zat-Ku. Apabila dia mengingatku di tengah
kerumunan massa, maka Aku akan mengingatnya di kerumunan massa yang lebih baik. Jika dia mendekat
kepada-Ku sejauh sjengkal, maka Aku aku akan mendekat kepadanya sejauh satu
hasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sejauh satu hasta, maka Aku akan
mendekatinya sejauh satu depa. Jika dia datang kepada-Ku sambil berjalan kaki,
maka Aku akan mendatanginya sambil berjalan cepat.” (H.R. Al-Bukhari).
B.
Husnuzh-Zhann
terhadap Diri Sendiri
Kalau pada pembahasan
terdahulu telah dijelaskan bagaimana seharusnya seorang hamba berhusnuzh-zhann
(berbaik sangka) kepada Tuhannya, maka seorang muslim juga harus berhusnuzh-zhann
kepada diri sendiri. Karena melalui sikap seperti inilah seorang muslim bisa
menghadapi hidup dengan penuh harapan dan tidak pernah berputus asa. Di antara
perwujudan sikap husnuzh-zhann kepada diri sendiri adalah memiliki sifat gigih
dan berinisiatif.
1. Gigih
Islam merupakan agama yang
sangat menjunjung tinggi etos kerja, semangat dalam beraktivitas dan gigih
dalam mewujudkan sebuah cita-cita. Sekalipun dalam ajaran Islam disebutkan
bahwa semua takdir pada manusia ditetapkan Allah swt, namun bukan berarti manusia
hanya bersifat pasif dan pasrah pada suratan takdir. Allah memberikan
kesempatan kepada manusia untuk menentukan nasib baik dengan cara ikhtiar
(berusaha keras) untuk mewujudkan keinginan dan cita-citanya. Bahkan Allah juga
akan merubah nasib buruk menjadi nasib baik ketika usaha gigih telah
dilaksanakan dengan maksimal. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam firman
Allah swt (Q.S. Ar-Ra’d/13:11)
cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î 3
(13 : 11). “Sesungguhnya Allah tidak merobah
Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. “
Berangkat dari ajaran inilah
seorang muslim seyogyanya beraktivitas secara gigih dan pantang menyerah. Itu
artinya, seorang muslim tidak diperkenankan bermalas-malasan, hanya berpangku
tangan saja. Sebab malas merupakan kebiasaan yang sangat buruk dan akan
menyebabkan seseorang terpuruk. Begitu besar bahaya malas, sehingga Rasulullah
saw memohon perlindungan kepada Allah swt dengan berdoa sebagai berikut,
عن أنس بْن مالك رضي الله عنه قال كان النبيّ صلى الله عليه و
سلـم يقول اللهمّ إنى أعوْ ذُ بِكَ مِنَ العَجْزِ وَ الكَسَـلِ والجُبْنِِ و الهَرَم
( رواه البخارى)
Artinya : Anas bin
Malik r.a. berkata, Nabi saw bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari kondisi yang lemah, sifat malas, sifat pengecut, dan
sakit-sakitan karena lanjut usia.” (H.R. Bukhari).
Perintah untuk melakukan
aktivitas secara gigih juga telah disebutkan dalam firman Allah swt. Seseorang
tetap harus berdoa kepada Allah agar aktivitas yang dia lakukan sukses. Dengan
demikian, seseoarng tidak akan merasa sombong dengan keberhasilan yang telah
dia raih. Karena kesuksesan yang dia raih merupakan anugerah dan karunia dari
Allah. Allah swt telah berfirman,
#sÎ*sù |Møîtsù ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ 4n<Î)ur y7Înu =xîö$$sù ÇÑÈ
Artinya : “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan),
tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) dan hanya kepada Tuhanmulah
engkau berharap.” (Q.S. Al-Insyirah/94:7-8).
Namun seandainya setelah
melakukan perjuangan gigih (ikhtiar) untuk sebuah aktivitas ternyata hasil yang
didapat tidak sesuai dengan harapan, janganlah seseorang berputus asa atau
justru bersu’uzh-zhann kepada Allah. mungkin Allah mempunyai tujuan lain yang
lebih bagus dari apa yang kita inginkan.
2. Berinisiatif
Seorang muslim sejati akan
selalu berusaha memberikan yang terbaik, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi
masyarakatnya. Oleh karena itu, dia akan senantiasa berinisiatif untuk
melakukan hal-hal yang bermanfaat. Dengan mempelopori sesuatu yang baik, orang
yang pertama kali melakukannya akan mendapatkan pahala orang-orang yang ikut
mempraktikkan kebaikan itu selanjutnya. Dia akan terus mendapatkan pahala
kebaikan yang dia pelopori secara terus menerus tanpa mengurangi pahala orang
yang melakukan kebaikan tersebut. Namun sebaliknya, apabila seseorang
berinisiatif melakukan hal yang buruk, maka dia juga akan mendapatkan dosa
orang-orang yang melakukan keburukan itu setelah dirinya. Oleh karena itu,
hendaklah inisiatif yang dikembangkan seorang muslim hanya pada hal-hal yang
bernilai positif dan konstruksi (membangun). Rasulullah saw telah bersabda,
عن
المنذرِ بن جرير عن أبيه قال . . . فقال رسول الله صلى الله عليه و سلـم من سـنَّ
من الإسلام سنّة حسـنةً فعمل بها بعده كتب لهُ مثل أجر من عمل بها ولا ينقص من
أُجُوْرِهم شيءٌ ومن سنّ فى الإسلام سنـة سيئةً فعمل به بعده كُتب عليه مثل وزرٍ و
من عمل بها ولا ينقص من أَوْزرهم شيء ( رواه مسْلم)
Artinya : Dari
Al-Mundzir bin Jarir, dari ayahnya, dia berkata, …Rasulullah saw
bersabda, “Barangsiapa melakukan inovasi yang baik dalam Islam, lantas
inovasi tersebut terus dipraktikkan sepeninggal orang tersebut, maka dia akan
mendapatkan pahala orang yang mempraktikkan amalan itu tanpa mengurangi pahala
mereka sedikit pun. Namun barang siapa melalukan inovasi yang buruk dalam
Islam, lantas perbuatan buruk itu dilakukan terus sepeninggalnya, maka dia akan
meraup dosa orang yang mempraktikkan perbuatan itu tanpa mengurangi dosa mereka
sedikit pun.” (H.R. Muslim).
Orang yang mau terus
berinisiatif positif akan menjadi orang yang bermanfaat bagi komunitasnya.
Rasulullah saw telah menegaskan bahwa orang yang paling baik di antara kita
adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. Hal ini
sesuai dengan sabda beliau,
عن جابر قال قال رسول الله صلى
الله عليه وسلـم خير النّاس أنفعهم للناس ( رواه القضاعى)
Artinya : Dari Jabir,
dia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Manusia paling baik adalah mereka
yang paling bermanfaat bagi sesamanya.” (H.R. Al-Qadha’i).
C. Husnuzh-Zhann
terhadap Sesama Manusia
Hubungan baik antara
manusia, khususnya antara mukmin yang satu dengan mukmin yang lain merupakan
sesuatu yang harus dijalin dengan sebaik-baiknya. Karena Allah swt telah
menggarisbawahi bahwa seluruh kaum mukmin adalah bersaudara.
Sebagaimana terungkap dalam firman Allah
swt,
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷uqyzr& 4
(#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ
Artinya : “Sesungguhnya
orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat
rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat/49:10).
Oleh karena itu, segala
bentuk sikap dan sifat yang akan memperkokoh dan memantapkan persaudaraan harus
ditumbuhkan dan dipelihara, sedangkan segala bentuk sikap dan sifat yang dapat
merusak ukhuwwah (persaudaraan) harus dihilangkan. Agar hubungan, ukhuwwah
islamiyah tetap terjalin dengan baik, salah satu sifat positif yang harus
dipenuhi adalah husnuzh-zhann (berbaik sangka).
Di antara kiat untuk
menerapkan sifat husnuzh-zhann adalah tidak mempercayai bulat-bulat setiap
informasi yang diterima. Apabila kita mendapatkan informasi negatif tentang
sesuatu yang terkait dengan pribadi seorang muslim, maka kita harus melakukan
tabayyun (pemeriksaan) terlebih dahulu sebelum mempercayai, apalagi meresponnya
secara negatif. Allah swt berfirman,
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang
kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak
mencelakakan suatu kaum karena kebodohan, (kecerobohan) yang akhirnya kamu
menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. Al-Hujurat/49:6).
Selain bisa menjaga ukhuwwah
islamiyyah, sifat husnuzh-zhann terhadap sesama juga memiliki banyak manfaat
bagi pelakunya. Di antara manfaat yang dimaksud adalah :
1.
Terhindar dari penyesalan dalam menjalin hubungan
dengan sesama.
2.
Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih
baik.
3.
Selalu berbahagia atas kesuksesan yang dicapai orang
lain, meskipun kita belum bisa mencapai kesuksesan tersebut.
Demikianlah seharusnya
seorang muslim menghiasi dirinya dengan sifat husnuzh-zhann, baik kepada Allah
swt, dirinya sendiri, maupun sesama manusia. Karena dengan demikian, hidup
seorang muslim akan lebih berarti, baik di dunia maupun akhirat.
-----ooo000ooo-----
Peringatan Penting : 2012 ???
Muhammad bin Ali
berkata, “Sesungguhnya,Al-Mahdi yang kita nantikan itu memiliki dua mu’jizat
yang belum pernah terjadi semenjak Allah menciptakan langit dan bumi, bulan
mengalami gerhana pada malam pertama bulan Romadlon, sedangkan matahari
mengalami gerhana pada pertengahan bulan itu, dan kedua hal itu belum pernah
terjadi semenjak Allah menciptakan langit dan bumi.”
Rosulullah saw,
bersabda, “Pada bulan Romadlon terlihat tanda-tanda di langit, seperti tiang
yang bersinar, pada bulan Syawal terjadi malapetaka, pada bulan Dzulqo’dah terjadi
kemusnahan, pada bulan Dzulhijjah para jama’ah Haji dirampok, dan pada
Muharrom, tahukah apakah Muharrom itu ?
Rosulullah saw,
bersabda, “Akan ada suara dahsyat di bulan Romadlon, huru-hara di bulan
Syawal, konflik antar suku di bulan Dzulqo’dah, dan pada tahun itu para jama’ah
haji dirampok dan terjadi pembantaian besar di Mina dimana banyak orang
terbunuh dan darah mengalir di sana, sedangkan pada saat itu mereka berada di
Jumroh Aqobah.
Rosulullah saw, juga
bersabda, “ Bila telah muncul suara
di bulan Romadlon, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal.... “ Kami
bertanya:” Suara apakah ya Rosulullah ?” Beliau menjawab:”Suara keras di
pertengahan bulan Romadlon, pada malam Jum’at, akan muncul suara keras yang
membangunkan orang tidur, menjadikan orang berdiri jatuh terduduk, para gadis
keluar dari pingitannya, pada malam Jum’ah di tahun terjadinya banyak gempa.
Masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah
lubang-lubang (ventilasi)nya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga
kalian, Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka sujudlah kalian
kepada Allah dan ucapkanlah: Subhanal Qudduus, Subhanal Qudduus, Robbunal
Qudduus. Karena barang siapa melakukan hal itu akan selamat, tetapi siapa yang
tidak melakukan hal itu akan binasa.
Di ambil dari
buku Huru-Hara Akhir Zaman hal 98-99
Tugas :
1. Tugas
Individu
-
Mengarang sebuah cerita bertema “ Husnudz-Dzonn kepada Allah”
2. Diskusikan dan simpulkan, “apa yang terjadi
bila seseorang meninggalkan sikap husnudz-dzonn”
0 Komentar