A.
Pendahuluan
Menurut bahasa ikhlas murni / tanpa ada
campuran / asli. Sedang menurut istilah
adalah ketulusan hati ketika seseorang melakukan aktivitas / perbuatan dengan
tujuan hanya untuk dipersembahkan kepada Allah semata. Hal yang demikian untuk
memenuhi tujuan Allah menciptakan manusia agar beribadah kepada-Nya sebagaimana
yang telah dijelaskan dalam bab yang lalu, dan ditegaskan lagi dengan fiman-Nya
QS. Al-An’am / 6: 162-163 dan
Al-Bayyinah / 98 : 5
B. Materi Pembelajaran
1. QS. Al-An’am / 6:
162-163.
QS 6:162.
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam. 163. tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah
yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan
diri (kepada Allah)".
Dengan mempersembahkan semua amal ibadah kita baik
yang mahdloh maupun ghoirul mahdloh, dari hidup sampai meninggal (mati) hanya
ditujukan Allah semata, jauh dari kesyirikan (tujuan lain) serta menselaraskan dengan apa yang telah
ajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Yang
demikian adalah perintah-Nya agar kita benar-benar menjadi orang berserah diri
kepada-Nya, maka insya’Allah, Allah akan
menjamin kita dengan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat nanti
Berkomitmen hidup yang demikian, memang
selayaknya selalu kita ulang dalam setiap kali melaksanakan sholat lima waktu. Sehingga
sungguh ironis bila sebagai ahli sholat melakukan perbuatan tercela yang tentu
akan menodai komitmen kita tadi.
2.
QS. Al-Bayyinah / 98 : 5
QS 98:5. Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
[1595]
Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
Allah menyuruh kita tidak lain hanyalah agar hamba-Nya
beribadah kepada-Nya secara ikhlas, menjalankan agama dengan hanif [berpegang
teguh pada agama (Islam) dengan bersikap istiqomah] terutama dalam menjalankan
sholat (hubungan dengan Allah) dan menunaikan zakat (hubungan dengan sesama
manusia) yang demikian itu adalah ajaran agama yang lurus (benar).
Kesimpulan dari kedua ayat diatas terkait
dengan keikhlasan:
Bahwa ibadah yag dilakukan seseorang harus
mempunyai tujuan hanya karena melaksanakan perintah Allah dan untuk mencari
keridloan-Nya, namun apabila disertai dengan niat yang lain (untuk mendapat
pujian, untuk mendapat kedudukan selain dari Allah), maka ibadahnya tidak akan
diterima Allah swt. Dalam hal ini Allah berfirman dalam QS.Hud / 11 : 15-16
QS 11:15.
Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami
berikan kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. 16. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang
telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan[714].
110.
Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya".
Saiyyidina Ali ra. berkata
: “Janganlah kamu prihatin karena sedikitnya amalan, tetapi yang harus
diprihatinkan itu ialah apakah amal itu dapat diterima oleh Allah ta’ala, sebab
Rosulullah saw. pernah bersabda kepada Mu’adz bin Jabal :
أَخْلِصِ العَمَلَ يُجْزِيْكَ مِنْهُ
القَلِيْلُ (رَوَاهُ الدَيْلَمِى )
“
Ikhlaskanlah amalmu dan sudah mencukupi untukmu amalan yang sedikit ( asal
dilakukan dengan ikhlas).” ( HR. Ad-Dailami )
Ya’kub
Mahfut
berkata :” Orang yang ikhlas ialah orang yang suka menyimpan ( tidak
menyiar-nyiarkan) amal-amal kebaikannya sebagaimana ia suka menyimpan
keburukan-keburukannya.
Rosulullah
saw bersabda:
عَنْ أبى أُمامَةَ البَاهِلِي . . . .قال رسول الله صلى
الله عليه وسلم إنّ اللهَ لا يَقبَلُ مِنَ العَمَلِ إلا مَا كََانَ لهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ
بِهِ وَجْهُهُ ( رواه النّساء)
“Dari Abu Umamah al-Bahili, . . . Rosulullah
saw bersabda,”Sesungguhnya Allah tiada menerima amalan melainkan yang
dikerjakan secara ikhlas dan hanya untuk memperoleh keridloan-Nya.” (HR.An-Nasa’i
).
Ketahuilah bahwa segala sesuatu itu dapat dicampuri
oleh sesuatu yang lain. Maka jikalau bersih dan tidak terkena campuran apa-apa,
itulah yang dikatan kholis atau murni. Jadi apabila tujuan ibadah itu sudah
dicampuri oleh pengaruh lain, baikbaik yang berupa riya’, kesombongan dan
lain-lain yang merupakan godaan hati, maka amalan yang semacam itu tentu sudah
keluar dari nama ikhlas. Sebagai contoh berikut ini :
a. berpuasa dengan maksud
dapat mengambil manfaat berupa kesehatan.
b. Beribadah hajji dengan
maksud untuk mendapat prestise.
c. Bersembahyang malam
untuk tujuan duniawiyah.
d. Menuntut ilmu untuk
meraih pangkat keduniaan.
e. Meninjau orang sakit
supaya jika ia sendiri sakit ditinjau oleh kawannya itu.
f. Mengantar jenazah,
supaya, jika ada keluarganya yang mati jenazahnya ada yang mengantarkannya.
g. Sholat disekolah untuk
mendapatkan nilai PAI yang baik.
h. Mengerjakan hal-hal
diatas supaya orang lain mengenalnya sebagai orang yang suka berbuat baik,
disebut-sebut sebagai ahli keutamaan atau agar dipandang sebagai orang yang
sholih dan tenang serta tinggi kesopanannya.
Dalam
berbagai contoh diatas itu, sekalipun ada juga pendorongnya yang baik yakni
ingin bertaqorrub kepada Allah subhanahu wa ta’ala tetapi masih terselip maksud
lain yang tersembunyi, maka jelas perbuatan itu telah keluar / lenyap dari
batas keikhlasan yang sebenarnya.
Oleh
karena itu sebagai obat untuk memperoleh keikhlasan ialah mematahkan kehendak
hawa nafsu yang jahat, melenyapkan ketamakan kepada harta benda , semata-mata
untuk mencari bekal di akhirat dan ridlo Allah. Jikalau ini sudah dapat dilaksanakan,
maka akan mudah dalam mewujudkan keikhlasan. Bukankah banyak sekali
amalan-amalan yang membuat seseorang menjadi sangat payah dan tertekan,
kemudian mengira bahwa amalannya itu dilakukan dengan tulus ikhlas karena Allah
ta’ala, tetapi hakikatnya ia tertipu oleh perasaannya sendiri dan tidak
menyadari sama sekali perihal bahaya yang telah menghinggap dirinya.
Oleh
karenanya, seseorang itu hendaknya betul-betul meneliti hatinya, memeriksa
benar-benar jiwanya untuk menginsyafi kepelikan-kepelikan ini, sebab jika tidak
demikian, tentulah ia akan dimasukkan dalam golongan para pengikut syaithon
tanpa disadarinya.
Al-Fudhoil bin Iyyad ( ulama besar ) berkata :
تَرْكَ العَمَلِ مِنْ أَجْلِ النَّاسِ رِيَاءٌ، العَمَلُ مِنْ
أجَلِ النَّاسِِ شِرْكٌ والإخْلاصُ أنْ يُعَارِفَكَ اللهُ مِنْهُمَا
“Meninggalkan perbuatan karena
pertimbangan orang merupakan riya’. Melakukan perbuatan karena pertimbangan
orang adalah syirik. Dan ikhlas adalah ketika Allah membebaskan dirimu dari
kedua unsur tersebut.”
Diantara manfaat dan keutamaan ikhlas
adalah sebagai berikut :
1. Derajat tinggi
disisi Allah swt. Karena
hanya dengan keikhlasan amal ibadah akan diterima dan mendapat ridlo-Nya
2. Tidak memiliki
beban psikologis. Ketika
amal ibadah dilakukan hanya karena perintah Allah dan untuk mencari ridlo-Nya,
maka akan berjalan lancar sesuai dengan
aturan yang ada walaupun tanpa kontrol orang lain.
3. Terpuji di hadapan
manusia. Pada hakekatnya,
manusia itu merasa senang apabila bergaul dengan orang-orang yang berhati
ikhlas tanpa mengharapkan sanjungan. Walaupun demikian ikhlas membuat manusia
akan menyanjungnya.
Kiat
untuk menuntun hati agar ikhlas dalam beramal ibadah adalah sebagai berikut
:
1. memulai dengan basmalah
serta diniatkan menjalankan perintah-Nya dengan rela hati,
2. selalu ingat kepada
Allah berharap pertolongan dan ridlo-Nya dalam menjalankan,
3. diakhiri dengan ucapan
hamdalah
4. selalu waspada terhadap
jeratan atau jebakan setan
5. merahasiakan agar
tidak diketahui orang lain
6. memohon kepada Allah
Agar bisa berlaku ikhlas.
------00o0o00-----
Doa bermunajat ( sebelum Dzikir)
إلهى
أنت مَقصُودِى وَرِضَاكَ مَطْلوبى وَأعْـطِـنِى مَحَبـَّتـَكَ وَ مَعْرِفـَتـَكَ بِرَحَْمَتِكَ
ياَ أرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
Tuhanku Engkau yang menjadi maksudku ,
kerelaan-Mu yang aku cari, berilah kepadaku kecintaan kepada-Mu dan mengerti
akan diri-Mu !.
Bahaya
Rokok :
1.
Ketergantungan 5. Bau 9. Tidak aring / ingin selalu merokok 13. Terkena sangsi pemerintah
2.
Sumber penyakit 6. Kotor 10. Dilarang mendekat masjid 14. Mengganggu orang lain
3.
Keuangan 7. Kebakaran 11. Mengurangi
nilai ibadah 15.
4.
Pintu Narkoba 8. Polusi 12. Tidak Islami 16. Haram/sekurang-kurangnya makruh
Tugas :
1. Tugas
individu :
- Tulislah QS. QS. Al-An’am / 6: 162-163 dan
Al-Bayyinah / 98 : 5
2. Tugas
Kelompok :
- Diskusikan dan simpulkan jawabannya “ Apa saja akibat orang
yang tidak ikhlas dalam beribadah?”.
0 Komentar